Adab-Adab Membaca Al-Quran
Bersama Pemateri :
Mutiara Sahur
Adab-Adab Membaca Al-Qur’an merupakan untaian mutiara sahur dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini disampaikan pada 19 Ramadhan 1439 H / 04 Juni 2018 M.
Download kajian sebelumnya: Cara Membaca Al-Qur’an Dibulan Ramadhan
Ceramah Agama Islam Tentang Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah. Karena ia adalah firman Allah, tentu ia adalah sesuatu yang sangat mulia sekali. Al-Qur’an berasal dari pencipta alam semesta yang berisi bimbingan, hidayah, peringatan dan sesuatu yang bermanfaat dalam hidup kita. Bahkan ia lebih kita butuhkan dari pada segala-galanya dari kehidupan dunia ini. Maka dari itu kita harus memuliakan dia. Pun ketika kita membaca Al-Qur’an. Kita harus mempunyai adabnya. Kalau kita membaca surat presiden atau dekrit presiden atau proklamasi kemerdekaan saja harus ada adabnya. Apalagi ketika kita membaca firman-firman Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun adab-adab Membaca Al-Qur’an adalah:
1. Membaca diatas Kesucian
Disebutkan dalam sebuah hadits:
إِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللهَ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ
“Sesungguhnya aku tidak menyukai untuk berdzikir kepada Allah dalam keadaan tidak suci.” (HR. Abu Dawud, Nasa-i, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)
Membaca al-Qur’an adalah merupakan dzikir yang paling utama disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Maka dari itu upayakan ketika kita membaca Al-Qur’an berada diatas kesucian. Apakah berarti kalau kita tidak berada diatas kesucian kita tidak boleh membaca Al-Qur’an? Maka jawabnya adalah boleh. Berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu anha:
وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdzikir kepada Allah setiap saat” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Al-Baihaqi)
Namun jika dibandingkan dengan orang yang berdzikir diatas kesucian, tentu yang berdzikir diatas kesucian lebih utama dan istimewa disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Berusaha menghadap kiblat
Para ulama mengatakan bahwa kiblat adalah arah yang paling mulia. Ada satu riwayat yang dihasankan oleh sebagian para ulama namun didhoifkan oleh sebagian yang lain. Yaitu:
خير المجالس ما استقبل به القبلة
“Duduk yang paling bagus adalah yang menghadap ke arah kiblat.” (HR. Thabari)
3. Bersiwak
Bersiwak atau membersihkan mulut adalah perkara yang sangat ditekankan. Apalagi jika ternyata terdapat bau mulut yang tidak enak. Hal ini karena ketika kita membaca Al-Qur’an, malaikat mendekati kita. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا تَسَوَّكَ ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي قَامَ الْمَلَكُ خَلْفَهُ ، فَتَسَمَّعَ لِقِرَاءَتِهِ فَيَدْنُو مِنْهُ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ فَمَا يَخْرُجُ مِنْ فِيهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ ، إِلاَّ صَارَ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ ، فَطَهِّرُوا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ
“Sesungguhnya jika seorang hamba bersiwak, kemudian melakukan shalat, maka ada seorang malaikat yang berdiri di belakangnya untuk mendengarkan bacaannya. Malaikat itu akan mendekat kepadanya hingga meletakkan mulutnya pada mulut orang tersebut. Dan tidaklah keluar dari mulut orang tersebut berupa bacaan al-Qur‘an kecuali akan masuk ke dalam perut malaikat, maka bersihkanlah mulut kalian bila hendak membaca al-Qur‘an.” (HR. Al-Bazzar, hasan).
Sementara malaikat sama dengan halnya manusia yang terganggu dengan bau mulut yang tidak enak.
4. Menghadirkan hati
Ketika membaca Al-Qur’an, kita harus berusaha untuk memahami dan mentadabburi Al-Qur’an. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ ﴿٣٧﴾
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf[50]: 37)
Al-Qur’an adalah bimbingan dan hidayah. Maka kita harus berusaha membacanya dengan penuh tadabbur. Maka jangan sampai ketika kita membaca Al-Qur’an, hati kita tidak hadir hanya karena hal-hal yang tidak bisa membuat hati kita bisa hadir. Misalnya membaca Al-Qur’an di handphone sehingga membuat kita juga tetap terhubung dengan aplikasi chat. Sehingga setiap kali ada chat yang masuk, kita berhenti membaca Al-Qur’an dan beralih ke aplikasi chat itu. Seakan-akan membaca chat ini senilai atau lebih penting dengan membaca Al-Qur’an. Tentu ini sesuatu yang berbahaya.
5. Tartil
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا ﴿٤﴾
“atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil[73]: 4)
Membaca dengan tartil berarti membaca dengan memenuhi hak-hak tajwid dan makhorijul hurufnya. Maka tentu ini yang lebih bagus. Karena demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya. Dan bacaan yang semakin mendekati bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tentu semakin utama dan semakin besar pahalanya disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Walaupun para ulama mengatakan tidak mengapa kalau kita mempercepat (Hadr) bacaan kita. Hadr adalah bacaan cepat namun tetap memperhatikan panjang pendeknya dan juga makhoirujul hurufnya. Jangan sampai kita membacanya dengan sangat cepat seperti membaca syair seperti biasa. Yang demikian dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6. Menggunakan lahjah arab
Al-Qur’an adalah bahasa arab, maka harus dibaca dengan lahjah arab. Bukan dengan lahjah selainnya. Upayakan semaksimal mungkin, kecuali kalau kita tidak mampu.
Lalu apalagi adab membaca Al-Qur’an?
Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/31299-adab-adab-membaca-al-quran/